Sabtu, 13 Desember 2014
Kamis, 25 September 2014
Senin, 22 September 2014
Minggu, 21 September 2014
MSCT Pada Kasus Trauma Abdomen
MSCT
PADA KASUS TRAUMA ABDOMEN
Oleh: Wakhrudin
LATAR
BELAKANG
Trauma abdomen adalah cidera pada daerah abdomen yang disebabkan benda tumpul atau tajam dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ abdomen. Tanda dan gejala yang dapat terjadi adalah sakit atau
nyeri yang sangat di daerah abdomen, kekakuan, dan tampak memar pada abdomen
eksternal. Trauma abdomen beresiko
terjadi perdarahan dan infeksi.
Trauma
abdomen dibagi menjadi trauma jenis tumpul dan jenis penetrasi. Jenis trauma abdomen penetrasi (PAT) biasanya
didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang ada sedangkan trauma abdomen tumpul
tanda-tanda klinisnya kurang jelas. Trauma penetrasi dibagi menjadi luka tusukan
dan luka tembak, yang memiliki perlakuan berbeda. ( http://en.wikipedia.org/wiki/,2010).
Data dari WHO menunjukkan besarnya angka kejadian dan
kematian di beberapa negara yang
disebabkan oleh trauma pada abdomen.
- Sebuah
surat kabar India melaporkan bahwa trauma abdomen sering terjadi pada
laki-laki umur 21 – 30 tahun, kebanyakan trauma yang terjadi karena
kecelakaan mobil.
- Sebuah
studi di Jerman mengindikasikan bahwa
pasien dengan penyebab trauma,
5,9% diantaranya adalah trauma abdomen.
- Sebuah
laporan dari Singapura menyebutkan bahwa trauma merupakan penyebab utama
kematian masyarakat umur 1 – 44 tahun . Kecelakaan lalu lintas, luka tusuk
dan jatuh dari ketinggian menjadi
penyebab utama pada kasus trauma. Trauma
abdomen mengambil porsi 79 % dari kasus tersebut.
- Sebuah
laporan dari Australia menyebutkan bahwa trauma pada usus karena trauma tumpul dillaporkan sebesar 85% dari total
trauma akibat kecelakaan lalu lintas. Dengan nilai kematian sebesar 6 %
Karena
besarnya kejadian trauma pada abdomen yang bisa berakibat pada kematian pasien,
maka diperlukan diagnosis yang tepat dan cepat, serta penanganan yang benar
pula.
Sebuah studi menemukan bahwa sekitar sepuluh persen (10 %) dari pasien yang
mengalami Polytrauma yang tidak
memiliki tanda-tanda klinis pada trauma abdomen dapat dideteksi menggunakan radiological imaging, baik X-ray, USG
maupun CT Scan.
X-ray membantu untuk menentukan arah dari tusukan dan letak corpus alenium,
tetapi tidak bisa membantu banyak dalam trauma tumpul. USG
dapat mendeteksi cairan seperti darah atau isi dari ruang gastrointestinal, dan
merupakan prosedur yang noninvasiv dan relatif aman bagi pasien. CT Scaning
merupakan pilihan yang dianjurkan untuk pasien pada trauma abdomen, terutama
pasien yang dalam kondisi tidak
mengalami resiko shock. Dengan melalui pemeriksaan Ct scan juga
serkaligus bisa dilakukan tidak hanya CT scan abdomen tetapi juga scan pada
daerah lain yang mengalami trauma, contoh brain CT dan thorax CT, secara
bersamaan (http://en.wikipedia.org/wiki/,2010).
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Frank Branick dkk, yang dilakukan selama 2 tahun,
terhadap 451 pasien, 400 pasien laki-laki dan 51 pasien perempuan, yang berumur
rata-rata 38 tahun didapatkan hasil 78 pasien terdeteksi mengalami trauma
abdomen dengan rincian, 24 pasien mengalami rupture Liver, 20 pasien rupture Spleen, 14 kasus pada
ginjal, 4 kasus pada kandung kemih dan 1 kasus rupture urethra.(European Jurnal of Trauma, 2008)
Anatomi Abdomen
Abdomen merupakan rongga terbesar dalam tubuh
yang berbentuk lonjong dari diaphragm
(bagian atas) sampai pelvis (bagian bawah). Rongga Abdomen dibagi
menjadi dua bagian, yaitu
rongga atas dan rongga bawah (pelvis).(Pearce, 2002)
Adapun batas-batas Abdomen adalah
sebagai berikut : bagian
atas
adalah diafragma, bagian bawah adalah pintu
masuk panggul dari panggul besar, bagian depan dan kedua sisi adalah otot-otot Abdominal,
tulang iliaca dan iga bawah. Sedangkan
bagian belakang adalah tulang punggung, otot psoas, dan quadrates
lumborum.(Pearce, 2002)
Keterangan :
1. Lower lung
limit
2. Lower
pleural limit
3. Diaphragma
4. Liver
5. Gail-bladder
6. Umbilicus
7. Cocuous
8. Peritoneum
9. Bladder
10. Sigmoid
flexure
11. Small
intestine
12. Stomach
13. Hearth
contour
Gambar 1. Anatomi
Abdomen (http://en.wikipedia.org/wiki/2010)
Rongga Abdomen sebagian besar berisi organ saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan
usus besar dan organ / struktur sistem lain seperti Hati, Kandung Empedu, Pancreas, Limpa, Ginjal, Kelenjar Suprarrenal, Ureter, Aorta
Abdominalis, Vena Cava Inferior, Pembuluh Limfe dan
Kelenjar, Urat Saraf, Peritoneum, pembuluh-pembuluh darah dan
lemak. (Pearce, 2002).
1. Lambung
Lambung merupakan organ berongga berbentuk J
yang terletak di bagian atas kiri rongga Abdomen
dan di bawah diafragma. Ukuran dan
bentuknya bervariasi .(Sloane,
2003).
2. Usus Halus
Usus halus adalah saluran
panjang yang dimulai dari sfingter pilorus sampai
ke katup ileosekal
yang menyatu dengan usus
besar.Bagian-bagian dari usus halus yaitu duodenum,
jejunum, dan Ileum (Sloane, 2003).
3.
Usus Besar
Usus besar disebut juga dengan istilah colon adalah bagian usus
antara usus
buntu dan rektum.
Bagian-bagian colon terdiri dari colon ascending colon transverse, colon descending, colon sigmoid, dan rektum. (Pearce,
2002).
4. Hati (Gray, 2003)
Hati merupakan
organ abdomen yang paling besar,
dengan berat rata-rata pada orang dewasa 1200 – 1500 gram atau 1/50 dari berat
badan. Hati terbagi menjadi dua bagian
besar, yaitu lobus kanan dan lobus kiri dan lobus kuadratus.
5. Kandung empedu
Berbentuk seperti
kantung / buah pear yang berada pada permukaan dalam hati (fosa vesika felea). Menempel pada di
bawah hepar diantara lobus kanan dan lobus kwadratus. Kantung ini dibagi
menjadi tiga daerah anatomi, yaitu fundus,
korpus dan kolum. (Gray, 2003).
6. Pancreas
Pancreas
merupakan organ yang terdiri dari dua jaringan dasar, yakni asini yang menghasilkan enzim-enzim
pencernaan dan kelenjar pulau pancreas yang menghasilkan hormon.
7. Limpa
Limpa
merupakan
massa yang lunak, rapuh dari jaringan limfatik yang terletak pada bagian atas
kiri Abdomen antara lambung dan diaphragm. Limpa terletak pada region hipochondricum kiri sepanjang sumbu panjang iga X kiri (Snell, 2000).
7.
Ginjal
Ginjal ada dua buah kanan dan kiri terletak
tinggi pada dinding posterior Abdomen, di
kanan dan kiri columna vertebralis.
Ginjal kiri terletak sedikit lebih tinggi dibandingkan ginjal kanan.
Masing-masing ginjal memiliki ureter yang
berjalan vertikal ke bawah pada psoas
major. (Snell, 2000)
8. Peritoneum
Peritoneum merupakan membran serosa
tipis yang membatasi dinding Abdomen dan
rongga pelvis dan meliputi viscera Abdomen dan pelvis. Ruang yang
terdapat di antara lapisan parietale dan visceral peritoneum dinamakan rongga peritoneal.
9. Pembuluh
darah (Sloane,2003 )
Pembuluh darah adalah serangkaian tuba
tertutup yang bercabang dan membawa darah dari jantung ke jaringan kemudian
kembali ke jantung. Ada tiga jenis pembuluh darah utama yaitu arteri, kapiler dan vena.
10.
Tulang-tulang penyokong abdomen
Tulang-tulang
penyokong di daerah abdomen meliputi vertebra thorakalis bagian bawah, koste
bagian bawah, vertebra lumbalis dan pelvis.
Trauma Abdomen
Trauma abdomen adalah cidera pada daerah abdomen yang disebabkan benda tumpul atau tajam dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ abdomen. Tanda dan
gejala yang dapat terjadi adalah sakit perut, nyeri,
kekakuan, dan memar pada abdomen eksternal. Trauma
abdomen berresiko kehilangan darah yang parah dan infeksi.
Trauma abdomen dibagi menjadi trauma jenis tumpul dan
jenis penetrasi. Jenis trauma abdomen
penetrasi (PAT) biasanya didiagnosis berdasarkan gejala klinis sedangkan trauma
abdomen tumpul tanda-tanda klinis kurang jelas. Trauma tumpul sering terjadi di
pedesaan, sementara trauma penetrasi yang lebih sering terjadi di perkotaan.
Trauma penetrasi dibagi menjadi luka tusukan dan luka tembak, yang memiliki
perlakuan berbeda.
Kecelakaan Kendaraan adalah penyebab umum trauma tumpul
abdomen. Luka tembak dengan energi lebih tinggi biasanya lebih merusak daripada
luka tusukan. Luka tembak yang menembus peritoneum menghasilkan kerusakan yang
signifikan terhadap struktur intra-abdomen lebih dari 90 persen dari kasus. Tanda dan gejala yang
dapat dilihat adalah Pneumoperitoneum akan
tampak gelembung udara pada sisi kiri bawah radiograf.
Indikasi awal trauma abdomen meliputi mual, muntah, dan
demam dan darah dalam urin. Cidera ditandai dengan sakit perut, nyeri, distensi
atau kekakuan menyentuh, dan berkurang atau hilangnya suara usus. Dinding otot
abdomen menegang menandakan organ-organ dalam abdomen meradang.
Pneumoperitoneum dengan udara atau gas dalam rongga perut merupakan indikasi
pecahnya organ berongga. Dalam trauma penetrasi
dapat disertai keluarnya organ internal .Cidera lain yang terkait dengan
trauma intra-abdominal termasuk fraktur tulang koste, vertebra, tulang pelvis,
dan cidera pada dinding abdomen.
Trauma abdomen dapat mengancam nyawa karena organ
abdomen, terutama di ruang retroperitoneal,dapat mengalami perdarahan hebat dan
ruang dapat terus terisi banyak darah. Organ abdomen yang solid seperti hati
dan ginjal dapat mengalami perdarahan hebat jika terpotong atau robek. Demikian pula pada pembuluh darah besar
seperti aorta dan v. kava. Pendarahan berlebihan menyebabkan syock dan beresiko
infeksi serius jika tidak segera diobati misalnya apabila isi organ pencernaan
seperti usus dapat tumpah ke rongga
perut. Perdarahan dan infeksi sistemik adalah penyebab utama kematian yang
diakibatkan dari trauma abdomen.
Satu atau lebih dari organ-organ intra-abdomen mungkin
mengalami cidera dalam trauma abdomen. Karakteristik dari cidera ditentuka
organ yang mengalami cidera.
1.
Hati
Hati adalah organ abdomen yang paling rentan terhadap cidera tumpul karena ukuran dan lokasinya (di kuadran kanan atas perut). Hati juga rentan terhadap trauma penetrasi. Cidera Hati berresiko serius untuk shock karena hati memiliki jaringan rumit dan memiliki suplai darah dengan kapasitas besar. Hati dapat robek dan hematoma dengan kemungkinan kebocoran empedu yang biasanya tanpa konsekuensi serius. Jika cideranya parah, hati dapat menyebabkan pendarahan sampai mati yang membutuhkan pembedahan segera untuk menghentikan pendarahan..
Hati adalah organ abdomen yang paling rentan terhadap cidera tumpul karena ukuran dan lokasinya (di kuadran kanan atas perut). Hati juga rentan terhadap trauma penetrasi. Cidera Hati berresiko serius untuk shock karena hati memiliki jaringan rumit dan memiliki suplai darah dengan kapasitas besar. Hati dapat robek dan hematoma dengan kemungkinan kebocoran empedu yang biasanya tanpa konsekuensi serius. Jika cideranya parah, hati dapat menyebabkan pendarahan sampai mati yang membutuhkan pembedahan segera untuk menghentikan pendarahan..
2.
Limpa
Limpa adalah organ intra-abdomen kedua paling sering terluka pada anak-anak. Limpa dapat mengalami perdarahan hebat dan menyebabkan shock. Namun, tidak seperti hati, trauma penetrasi ke limpa, pankreas dan ginjal bukan sebagai ancaman langsung dari shock kecuali yang merobek pembuluh darah utama yang menyuplai organ-organ tersebut, seperti arteri ginjal.
Limpa adalah organ intra-abdomen kedua paling sering terluka pada anak-anak. Limpa dapat mengalami perdarahan hebat dan menyebabkan shock. Namun, tidak seperti hati, trauma penetrasi ke limpa, pankreas dan ginjal bukan sebagai ancaman langsung dari shock kecuali yang merobek pembuluh darah utama yang menyuplai organ-organ tersebut, seperti arteri ginjal.
3.
Pankreas
Pankreas dapat cidera dalam trauma abdomen, misalnya luka atau memar .Cidera pankreas, paling sering disebabkan oleh kecelakaan sepeda (terkena setang). Indikasi terjadinya cidera adalah pembesaran dan adanya cairan di sekitar pankreas.
Pankreas dapat cidera dalam trauma abdomen, misalnya luka atau memar .Cidera pankreas, paling sering disebabkan oleh kecelakaan sepeda (terkena setang). Indikasi terjadinya cidera adalah pembesaran dan adanya cairan di sekitar pankreas.
4.
Ginjal
Ginjal juga dapat cidera tetapi tidak sepenuhnya karena terlindungi oleh iga. Cidera dapat berupa luka dan memar.Cidera ginjal dapat dihubungkan dengan urinoma atau kebocoran urin ke dalam abdomen.
Ginjal juga dapat cidera tetapi tidak sepenuhnya karena terlindungi oleh iga. Cidera dapat berupa luka dan memar.Cidera ginjal dapat dihubungkan dengan urinoma atau kebocoran urin ke dalam abdomen.
5. Usus
Usus kecil mengisi sebagian besar rongga abdomen dan jika terjadi cidera dapat menyebabkan perforasi. Gas dalam rongga abdomen yang terlihat pada CT sebagai tanda diagnostik adanya perforasi usus, namun udara intra-abdominal juga dapat disebabkan oleh pneumotoraks atau pneumomediastinum. (http://en.wikipedia.org/wiki, 2010)
Usus kecil mengisi sebagian besar rongga abdomen dan jika terjadi cidera dapat menyebabkan perforasi. Gas dalam rongga abdomen yang terlihat pada CT sebagai tanda diagnostik adanya perforasi usus, namun udara intra-abdominal juga dapat disebabkan oleh pneumotoraks atau pneumomediastinum. (http://en.wikipedia.org/wiki, 2010)
CT-Scan merupakan teknik pengambilan citra dari suatu obyek secara irisan axial
dengan cara berkas sinar mengitari obyek. Sinar-X yang mengalami atenuasi setelah menembus obyek akan ditangkap oleh detektor
yang berhadapan dengan sumber sinar-X dan terletak di belakang obyek. Pada saat
yang bersamaan frekuensi detektor menangkap berkas sinar-X yang langsung dari
sumber, berkas radiasi tersebut oleh detektor diubah dalam bentuk sinyal
listrik yang akhirnya oleh analog digital conventer diubah dalam bentuk
digital. Selanjutnya data tersebut dikirim ke komputer, dan melalui proses
matematika yang rumit data-data tersebut direkonstruksi dan ditampilkan kembali
ke layar monitor TV berupa citra dengan skala keabu-abuan.
Pada tahun 1990, mulai diperkenalkan CT Helical atau CT Spiral, dimana waktu eksposi semakin singkat. CT Helical menggunakan metode slip ring
yang menggantikan kabel-kabel tegangan tinggi yang terpasang pada tabung
sinar-X di dalam gantry yang memungkinkan tabung berotasi secara
terus-menerus, dan apabila disertai dengan gerakan meja pasien yang sinkron, maka
akan menghasilkan data scanning tipe helical.
CT Helical mengenal prinsip single slice dan multi slice, yang berpengaruh pada kecepatan scanning dan resolusi gambar yang dihasilkan (Bontranger, 2001).
Multi
Slice CT Scan (MSCT) dikenal juga dengan istilah
multidetektor-row CT (Galanski,2003),
adapula yang menyebut multidetector CT
atau volume CT. Sedangkan menurut
Negel (2004) multislice CT Scan dapat diartikan suatu kemampuan dari CT Scanner
untuk memperoleh data lebih dari satu slice secara simultan. Keuntungan dari
MSCT antara lain : karakter resolusi sepanjang Z-axis meningkat, kecepatan scan
yang semakin cepat (waktu rotasi semakin singkat), volume gambaran lebih baik
dan power tabung sinar-X yang lebih kuat serta jumlah slice meningkat.(Nagel,2004)
Berikut perkembangan teknologi MSCT, tahun 1992 adalah dual slice
scanner (Elscint Ct Twin), tahun 1998 adalah 4 slice scanner, tahun 2001 dengan
16 slice, kemudian disusul dengan 32 dan 40 slice dan pada tahun 2003
diperkenalkan 64 slice.
MSCT Abdomen di RS Telogorejo
Diskripsi
kasus
a.
Nama :
Tn. T P
b.
Umur :
27 Tahun
c.
Jenis kelamin :
Laki-laki
d.
Alamat :
Krese no.407/IV Semarang
e.
Diagnosa :
Trauma Abdomen
Dimintakan oleh dokter
pengirim pemeriksaan MSCT abdomen.
a. Persiapan Pasien
Pada
dasarnya untuk kasus trauma tidak diharuskan untuk persiapan pasien seperti
lavement, puasa makan dan minum sebelum pemeriksaan mengingat kondisi pasien
yang membutuhkan penanganan segera.
Sebelum
pemeriksaan keluarga pasien diminta untuk mengisi informed concent sebagai persetujuan dilakukannya pemeriksaan
CT-Scan dengan menggunakan media kontras.
Persiapan
lain yang sekiranya dapat dilakukan misalnya membebaskan benda-benda logam di
daerah abdomen pasien agar tidak menimbulkan artefak. Jika memungkinkan pasien
diberikan informasi tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan seperti pergerakan meja, posisi badan, mengikuti instruksi
pengaturan pernafasan serta penyuntikan
media kontras.
b. Persiapan
alat dan bahan
Persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT Scan abdomen pada
kasus trauma di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Telogorejo Semarang adalah
sebagai berikut:
1). Pesawat
MSCT 64 slice:
a). Merk / Type Pesawat :
GE/ Light Speed VCT
b). Tahun Pembuatan :
2008
|
c). Spesifikasi
(1). Model :
5124069-5
(2). Serial Number :
405822CN8
(3). Manufacture :
Juli 2008. Dosc Light Speed VCT
(4). mA
range :
600 mA
(5). kV range : 80
– 140 kV
(6). Rotation Time : 0,35 – 2 s
(7). Reconstruksi :
0,625 mm; 1,25 mm; 2,5 mm,
3,75 mm, 5 mm
d). Generasi Alat :
Multi Slice
e). Non
Spiral/Spiral : Spiral
f). Jumlah Slice : 64 Slice
Sebelum dilakukan
scanning masukkan media kontras dan NaCl dalam spuit injektor otomatik dan
kemudian selang injector dipasang. Keluarkan
sedikit media kontras dan NaCl agar udara di spuit hilang. Posisi injector
diputar ke bawah agar posisi ujung tabung spuit berada di bawah. Selanjutnya
abocath dipasang pada vena antecubital pasien dan selang injector dihubungkan
dengan abocath tersebut. Cek aliran selang injector ke abocath agar media
kontras mengalir lancar.
c. Protokol Pemeriksaan MSCT Abdomen Trauma
a. Posisi pasien:
1).Pasien
diposisikan supine di atas meja pemeriksaan
2).Posisi pasien
feet first dengan kedua tangan di naikkan di atas kepala, agar daerah abdomen terbebas dari
artefak tangan.
3).Selimut dan
banded dikenakan ke tubuh pasien
4). Atur posisi pasien agar MSP tubuh simetris
dengan longitudinal light dan horisontal light berada di processus xipoideus.
b. Teknik Scanning
1). Entry data
pasien yang meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, nomer register, nomer scan,
diagnosa, dokter pengirim, dokter pembaca, petugas, jenis pemeriksaan dan
posisi pasien saat masuk gantry.
2). Lakukan scanning
topogram dengan area scanning dari diafragma sampai dengan symphisis pubis.
Gambar
6.Topogram CT Andomen Trauma Tn. T. P.
3). Pilih
Protokol Pemeriksaan Abdomen
Adapun
parameter scanning pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan kasus trauma abdomeni
adalah :
a. Protocol Name : Abdomen Tri Phase
b. Scan Protocol : Axial Helix
c. Image data : 8 Juni 2010
d. Position : Feet first – supine
e. Tilt : 0 deg
f. Scan angle : 0
g. Scan Length : Xipoideus – Symphisis Pubis
h. Scan Time : 6 s
i. Collimation : 40 mm
k. Slice thickness : 5 mm
l. FOV : Large Body
m. Voltge : 120 kV
n. mAs : 480 mA
o. Rotation Time : 0,5 s
p. Scan delay : Fase I 40 detik (Fase Late
Artery)
Fase II 80 detik (Fase Vena )
Fase II 300 detik (tunda)
4).Setelah Scanogram selesai lakukan
scanning pre kontras untuk melihat organ-organ abdomen secara umum.
Gambar
7.Scanning axial pre kontras Tn. T.P
5). Lakukan setting scan delay untuk setiap fase yang akan
diambil
6). Media kontras dan
NaCl yang telah disiapkan kemudian dimasukkan secara otomatis dengan injektor
mekanik setelah diatur flow rate , pressure
dan volumenya bersamaan dengan dimulainya Scanning.
7). Lakukan Scanning
tepat dengan waktu scan delay yang telah diatur.
Gambar 8.
Scanning Axial Post Kontras Fase I (40 detik) Tn. T.P
Gambar 9.
Scanning Axial Post Kontras Fase II (80 detik) Tn. T.P
8). Teknik
Postprocessing
a.
Dibuat
Multiplanar Rekontruksi (MPR) , Soft Tissue dan Bone Window
b. V R
KESIMPULAN
Pemeriksaan MSCT pada Abdomen trauma
membutuhkan kecepatan dalam pemeriksaan dan penanganannya, oleh sebab itu letak
ruang MSCT yang strategis menjadi hal yang penting. Selain itu ketersediaan
protocol pemeriksaan pada kasus trauma, terutama Polytrauma menjadi keharusan.
Kehati-hatian petugas saat menempatkan pasien di meja pemeriksaan MSCT menjadi
factor lain yang menetukan keberhasilan pada MSCT Abdomen dengan kasus trauma.
Gambar 10. Volume Rendering
Tractus Urinarius Tn. T.P
Langganan:
Postingan (Atom)